Senin, 22 Juli 2013

CERIA (Cerita Ayu) 3

*Sambungan*

Sementara Nia mencoret-coret bukunya. Ia kesal setengah hidup. Bisa-bisanya Nizar tak paham dengan situasi ini.

"Lo ngambek sama gue? Huh! Baru cowok kayak gitu aja lo udah ngambek segala," sosor Nizar tiba-tiba.

Nia masih diam. Ia pura-pura tuli biar Nizar kesal dan pergi dari hadapannya. Namun, usahanya gagal. Nizar tetap saja ngerocos panjang lebar tanpa mikir kalau di depan banyak tikungan tajam.

"Mending lo cari cowok yang lebih baik aja deh daripada si Joe itu," usul Nizar.

"Emang lo pikir Joe itu anak ilang apa main cari-cari aja. Kenapa? Lo juga naksir sama dia. Hm... pantesan aja tadi langsung lengket kayak perangko," sahut Nia sinis.

"Jiaaahh, gue cemburu sama lo karena Joe. Nggak banget deh! Lo belum tau sih Joe kayak apa. Gini aja deh, daripada lo nuduh gue yang nggak-nggak, mending sekarang lo liat kelakuan si Joe," tarik Nizar paksa. Nia hampir saja jatuh tersungkur lagi. Nizar tak peduli. Nizar mirip orang yang tak sabar melihat harta karun.

"Tuh, liat!" tunjuk Nizar saat sampai di TKP.

Deg! Nia hampir saja jatuh pingsan melihat sang pujaan hatinya. Mulutnya menganga lebar, untung saja tak ada satu lebahpun atau lalat yang lewat. Kalau airmatanya jangan ditanya, Nizar sampai rela nampung airmatanya pakai baskom. Ngeri amat ya.

"Zar, gue nggak mimpi, kan?"

"Ih,lo bego atau bloon sih Nia. Jelas lo nggak tidur. Emang ada gitu tidur sambil jalan, kecuali lo tidur sambil ngigo."

Nia mempertajam penglihatannya setajam silet. Memastikan kalau yang dilihatnya benar-benar Joe, bukan orang yang mirip Joe atau kebetulan mirip.

"Astaga Joe, beneran gue nggak percaya.Ternyata lo..." Nia tak sanggup melanjutkan ucapannya. Makanya gue selaku penulis yang melanjutkannya. Ternyata Joe seorang homo, dan memilih mencintai sesama jenis dibanding lawan jenisnya.

*END*

Jumat, 19 Juli 2013

CERIA (Cerita Ayu) 2

Malu! Malu! Malu. Cuma itu yang terlintas saat kejadian siang tadi. Oke, sebut aja pelakunya Nia, cewek pendiam tapi menghanyutkan. Dan si cowok, panggil aja Joe.

"Kok bisa sih, lo jatuh samapi idungmu tambah mancung ke dalam," ledek Nizar.

"Huh! Dasar gotik. Ini mah udah dari sononya. Namanya juga curi-curi pandang. Gak mungkin kali aku lambai-lambai tangan sambil bilang miss u," sahut Nia kesal. Hampir saja lupa. Kenapa Nizar disebut gotik, pasti udah pada tahu jawabannya. Hihihi....

"Halah, alasan aja lo. Kalo naksir tinggal tembak aja susah amat. Emang sampe kapan lo mau jatuh bangun kayak gini cuma liat tampangnya. Mau sampe idung lo bener-bener nyungsep," lagi-lagi Nizar meledeknya.

"Sewot amat sih. Suka-suka gue dong. Mata-mata gue," balas Nia tak mau kalah.

Kalau udah gini bakalan ada perang dunia kesekian. Nggak bisa disebutin soalnya mereka udah acap kali perangnya, alias perang mulut.

"Gosipin gue ya..." Nia hampir saja kejang-kejang lihat sang pujaan hati nyamperin dia. Untung saja Nizar udah siapin benteng untuk itu.

"Pede amat digosipin. Si amat aja yang digosipin cuma diam," balas Nizar ngaco.

"Lo lucu banget sih. Gemesin tau."

Lucu! Gemesin! Nia terbakar cemburu. Kok bisa-bisanya Joe bilang Nizar lucu dan gemesin, padahal mendekati kata itu aja jauh banget. Sangking cembururnya, Nia nggak sadar kalau bibirnya udah monyong mirip Omas.

"Kenapa tuh bibir?" tanya Joe polos.

"Bodo! Gue balik dulu. Gerah banget di sini," jawabnya ngasal.

Joe bengong. Nggak biasanya Nia secuek ini. Pasti ada yang gak beres, guman Joe lirih.

"Zar, lo tau Nia kenapa? Apa gue ada salah ya?"

"Iya! Salah lo banyak amat." Lagi-lagi amat terus membanjiri kalimat Nizar.

"Loh, gue salah apa coba?"

"Mau tau aja atau mau tau banget nih," goda Nizar.

"Lo kepo banget sih. Tinggal kasih tau aja pake goda-goda gue segala."

"Idih, malah marah. Oke! Oke! Sebagai teman yang baik gue kasih tau nih. Salah lo itu sebenarnya cuma satu. Tapi dari satu berakar jadi dua, tiga, empat, sampai seterusnya."

"Rumit banget penjelasan lo. Udah mirip ngafal rumus fisika aja." Joe menggaruk kepalanya yang peuh ketombe.

"Hihi... Sori. Nia suka sama lo. Sangking sukanya dia sering jatuh gara-gara lo, kejedot tembok buat liat lo, yang lebih parahnya dia sampe kejebut got hanya liat lo. Parah banget, kan?"

"OMG! Segitunya..."

"Lo gimana sih, gue capek-capek cerita komennya cuma OMG. Gila! Masak iya teman gue naksir cowok yang tulalit kayak lo," serang Nizar blak-blakan.

Joe yang tadinya penasaran sekarang malah panas dingin. Gini nih, kalau ada cewek yangg naksir dia. Apalagi cewek itu Nia, teman sekolahnya yang paling jutek sama cowok. Melihat kondisi Joe, Nizar malah panik. Segala jenis obat tak ampuh.

"Dari pada gue disuruh jadi saksi, mending gue kabur dah."

*bersambung*

Puisi Sederhana Terbit di Radar Seni

Alhamdulillah, Ramadhan ini ada puisi sederhana yang dimuat di Radar Seni edisi 14 Juli 2013.
Selamat membaca ^_^


Stt… Pertiwi Sedang Tidur

Ranting kejujuran telah patah dari dahan
meninggalkan bekas tanpa jejak
Daun kehidupan kering; terbawa angin
berhenti pada titik kejenuhan
Akar kian tua, tak mampu menopang tubuhnya
Langit menangis
Bumi merajuk
Stt… Pertiwi sedang tidur
Terlelap dalam buai nyanyian kosong
Lalu, biarkan tangantangan kotor merusak isinya
Bebaskan tikus lalulalang
Hening…
Tinggal mimpi tak lagi nyata

Tanjung Balai, 10 Juli 2013


Perempuan Senja dan Lelaki Hujan

Aroma hujan bangkitkan gairah laut
bergemuruh menantang biru ke peraduan
Karang menjerit malafal mantra
Hadirkan senja pada kesunyian
Aku meringkuk; perempuan senja
Mencium basah di ujung jingga
Kau; lelaki hujan
Ciptakan tujuh warna menutupiku
Adalah kita satu raga
Ketika kau pergi, aku datang menunggu

Tanjung Balai, 10 Juli 2013


Lantunan Doa Untuk Ayah

Pagi ini fajar lebih dulu mengecup embun
Tak lupa belaian angin menyapa dedaunan
Rumah-Mu masih terlihat hening dan sepi
Hanya sesekali terdengar kicau burung merdu hilir mudik

Perlahan lututku bersandar pada gundukan tanah merah
Tanpa sadar beningan kristal lahir dari kelopak mata
Bibir terasa kelu melantunkan baris tiap baris do’a
Mataku sayu dengan tatapan nanar

Kutatap lagi puisi yang tertulis
Untuk menyampaikan seutas rindu dan cinta
Dalam sajak tak bergema
Kulantunkan kembali do’a untukmu

Tanjung Balai, 29 Mei 2013


Tentang Hati

Kegoisan saat nafsu terlalu memburu
Mengalahkan logika ; berimbas cemburu
Menyerupai belati menuai luka
Adalah kelembutan saat tersentuh rasa cinta
Tenang ; memeluk hangat meski dingin membeku
Adalah globe makhluk Ilahi
Hitam putih perjalanan hidup
Misteri ketika mata tertutup

Tanjung Balai, 6 Juli 2013



Sepotong Rindu

Tak ubah empedu
Tak lengkang oleh waktu
Hadirkan sepotong rindu dalam pagi menjelma

Tanjung Balai, 10 Juli 2013

 

Ayu Ira Kurnia Marpaung nama lengkap dari penulis. Beberapa karyanya berupa artikel, puisi dan cerpen pernah dimuat di Tabloid Gaul, Medan Bisnis, Batak Pos, Harian Waspada, C-Magz, Majalah Kiss, Asahan Post, Majalah Liberty, dan Majalah Frasa Online.
Aktif di dunia Kepenulisan Online Cendol dan Cermat untuk Wilayahnya. Jika ingin menyapanya lebih dekat dapat Add akun facebooknya di Ayuslalu43@yahoo.co.id atau twitter @AyuIraKurnia1.

Untuk lihat lebih lanjut silakan klik linknya. :)
 http://radarseni.com/2013/07/14/ayu-ira-kurnia-marpaung/

Senin, 15 Juli 2013

CERIA (Cerita Ayu) 1

Hari ini, aku kesal dengan diriku sendiri. Kenapa? Soalnya, ini pertama kalinya aku buka puasa lebih cepat dari waktunya. Huh! Sebel banget. Kenapa ya saat para setan dipenjara oleh Allah, kita malah bermusuhan dengan hawa nafsu. Emang nggak bisa ya kalo hawa nafsunya ikut dipenjarakan.

Jam 12 teng, kepalaku mulai nyut-nyutan. Nggak tau kenapa. Aku cuek aja. Dari pada tambah pusing mikirin kepala. Sebagian pekerja ada yang istirahat karena nggak puasa. Dalam hati, aku udah niat bakal tahan nih. Alhasil, jam 2 aku nggak sanggup ngerasain kepalaku yang nggak bisa diajak kompromi. rasanya lebih sakit dari ditusuk jarum, dipukul pake palu godam, dan lebih sakit dari pada diputusin pacar (emang ngaruh apa?). Diam-diam, ya nggak mungkin kan kalau aku teriak pake toak, aku keluard ari ruangan buat cari air minum. Udah berasa di padang pasir deh. Untung aja ketemu tuh galon buat bantu aku minum obat. Nggak butuh waktu lama, aku jalan pulang ke ruangan, maksudnya sih biar tuh mandor alias atasanku nggak curiga. Tau sendiri kalo tau anggotanya nggak puasa. Udah pasti idupku bakal kiamat. Serem banget dah.

Dan buat aku lebih kesel dan ngutuk diri sendiri, kami dipulangkan lebih cepat dari biasanya. Jam 16.00 cuuyyy. Apa nggak gila tuh? Mending tadi pusingnya bisa di pending, kan aku nggak harus batalin puasa cuma buat minum obat.

Penyesalan emang datang belakangan, sampae rumah aku cuma bisa cerita sama Ibu kalo aku udah nggak puasa. Tambah gondok liat menu buka puasa yang amat sangat aku sukai. Nyeseeellll pake banget deh, kalo boleh koprol aku udah koprol dari tadi.