Jumat, 18 Mei 2012

Antologi MONI

Hai-hai sahabat blogger. Pengen berbai kebahagian nih. Alhamdulillah, ketekunan dan kerja keras nggak akan terbuang sia-sia.
Ini dia antologi pertamaku dari sebuah grup menulis yang aku ikuti.
Jangan lupa dibeli ya, dan nikmati motivasi-motivasi mini yang akan membantu kamu.


TELAH TERBIT!
MONI: MOTIVASI MINI

Penulis:
Nur Rokhanah, Chinglai Li, Lidha Maul, Nenny Makmun, dkk.
Tebal: 120 hlm
Ukuran: 10x10 cm
ISBN: 978-602-18312-0-5
Penerbit: 27 Aksara
Harga: Rp. 19.500,-

_ _ _

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, ia justru merupakan cambuk untuk meraih kesuksesan. Bayangkanlah! Bagaimana seorang kusir delman membutuhkan cambuk demi mengendalikan kudanya. Bagaimana pula si kuda berlari cepat setelah mendapatkan cambukan. Dengan cambukan itulah delman mampu membawa penumpangnya sampai di tempat tujuan. Bayangkanlah! Jika cambuk itu tak pernah ada. (Chinglai Li)

Kebahagiaan sejati dalam hidup hanya bisa dirasakan oleh orang yang mengerti bahwa sedihnya kehilangan, bahagianya sukses atau galaunya kegagalan cinta sama bermakna dan bermanfaatnya dengan asinnya garam, manisnya gula dan pedasnya cabai dalam semangkuk sayur. (Isky Kamil)
_ _ _

Mengapa Motivasi Mini?

Sederhana saja, karena semua orang butuh motivasi. Motivasi dapat dipahami sebagai alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan satu perbuatan atau aktivitas tertentu dalam menggapai cita-cita atau kesuksesannya. Pada hakekatnya motivasi juga merupakan pendorong yang mempengaruhi setiap orang untuk bertindak. Daya dorong itu bisa datang dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

Desain buku yang sengaja dibuat mini, dimaksudkan agar lebih praktis, efektif dan efisien untuk Anda.

Luangkan waktu, bacalah! Kemudian ambil pesan dan manfaatnya sebagai inspirasi dan penyemangat dalam menjalankan berbagai aktivitas untuk menggapai cita-cita, impian, serta kesuksesan.


Buku ini sudah bisa dipesan sekarang di 27 Aksara via inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU,

atau SMS ke 0821-82-303-542

Selasa, 15 Mei 2012

Kolaborasi Puisi bareng Djoko & Pilo

Sahabat blogger, ini dia dua kolaborasi saya dengan Kak Djoko dan Kak Pilo. 
Happy reading ^_^



Teriakan Masa lalu
Oleh : Kak Djoko Sutarso dan Ayu Ira Kurnia Marpaung

Minyak
Minyak
Minyuak

Ke mana pergi suara itu
Yang dulu menyusuri lorong kotaku
Mengisi wadah harapan ibu
Satu liter untuk satu minggu

Minyak
Minyak
Minyuak

Kemana teriakan itu berlalu
Di kedai pun tiada bertemu
Berganti tabung hijau dan biru
Konon ramah menyapa tubuhku
Menjadi arang dan debu

Minyak
Minyak
Minyuak

Teriakan jadul penuh semangat
Berganti sirine ambulan kematian
Membawa korban tabung yang ramah

Minyak
Minyak
Minyuak

Kini usai perjalananmu
Duduk diam tersenyum kelu
Menahan sesak lara dan pilu
Melihat nasib si minyak lampu

Antara Jakarta dan Tanjung Balai
7 Mei 2012


Serpihan Imaji
Oleh Pilo Poly dan Ayu Ira Kurnia Marpaung

Aku segumpal darah tak berdosa
menumpang tidur di rumahmu
walau gelap gulita dan dindingnya bergoyang
tapi tak menyurutkan segala harapan

Hidup dengan harapan dan kasih-Mu
walau tetesan demi tetesan pahit kuminum
perih hingga denyut serasa berhenti
tak membuatku ingin pergi

Yang aku tahu
jelita malam indah bersama-Mu
dan di rumah-Mu itu istana segala raja
semegah apa pun kudapatkan ganti
pada-Mu satu kupuji, segala penerang mewarnai langkah ini

Antara Puri Gading dan Tanjung Balai
8 Mei 2012

Jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya ya :-))

Kolaborasi Puisi bareng Hylla Shane Gerhana

Pagi ^_^ semoga masih semangat ya frend. Oke, saat ini Ay ingin menulis beberapa kolaborasi puisi Ay dengan teman cendolers Ay. Selamat menyimak ::))


Mozaik Asa
Oleh : Hylla Shane Gerhana dan Ayu Ira Kurnia Marpaung
 
Pertiwi ibarat metamorfosis kupu-kupu
Tak lengkang dari derita dan airmata
Lusuh tertunduk di sudut lorong penantian
Berkecambuk dengan asa segelintir kehidupan
Perlahan menyusut bukan berkembang
Mati di lesehan pemimpin berkuasa

Pertiwi membangkitkan Garuda
Sabang mengawali Nusantara
Merauke mengakhiri Indonesia
Senandung tercipta dalam pedih tersisa
Mentari gantikan malam di tepi bencana

Ketika pohon-pohon bambu
Mengaayunkan tubuh begitu tinggi
Sedang gemuruh angin tak pernah perduli
Pada wajah malam yang sudah pucat pasi

Jeritan terdengar miris menyayat kalbu
Tertawa dalam kegelapan yang membeku
Putih tak lagi terlihat, kelam
Asap kabut mulai menyelimuti pertiwi
Kau meraung janji hingga kami takut
meringkuk dalam dada Garuda

Ajarkan kami menyongsong hari
Genggam nilai-nilai harapan
Demi menyibak kelam pertiwi
Beri kami bambu runcing berlumur racun duri
Supaya kami asah ujungnya dengan hati

Runcingkan bambu yang kugenggam kuat hingga mati
Biar tetap dalam tangan teguh ini
Biar kami hujam dunia keji sepenuh hati

Tebas ilalang pada ladang pertiwi
Tanam benih-benih kasih sang petuah
Jangan biarkan nyawa melayang bak petasan
Bercucur darah dan peluh setiap gerak nadi

Pertiwi bangkitlah dari tidur panjangmu
Kepakkan lagi sayap garuda
Bambu runcing menanti dengan tajamnya
Siap menusuk hati penyeludup Negeri

Pertiwi teduhmu menjelma hujan
Ketika negeriku terlampau kemarau

Ajarkan kami mendengar
Gemerisik suara dunia luar
Dimana pemenang yang paling liar
Rintih kaum proletar yang jadi fakta nanar

Wahai, guru…
Ajarkan kami membaca
Liukan kelam garis nadi kehidupan
Ajarkan pula cara menulis
Yang tintanya adalah kejujuran
Pena yang sanggup merobek dunia

Kristalkan tinta di ujung masa
Demi sebuah perubahan
Esok telah siap menanti
Perjuangan tegakkan kebenaran yang hakiki

Antara HK dan Tanjung Balai
6 Mei 2012

Jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya ya ^_^

Senin, 14 Mei 2012

Puisiku di Batak Pos, 21 April 2012

Alhamdulillah, ya sesuatu. Aku bisa nulis di blog lagi. Setelah blog lamaku nggak bisa dibuka.
Buat teman-teman pecinta blog. Di sini aku mau nulis beberapa puisiku yang sudah terbit di media koran. Awal mula dari semua perjalanku untuk menjadi penulis.

Silakan simak dan ditunggu komennya ^_^

Puisi pertamaku yang terbit di Koran Batak Pos, Sabtu  21 April 2012.

















Aku Juga Seperti Mereka
Oleh : Ayu Ira Kurnia Boru Marpaung

Suara keras bukan marah, sayang
Muka sangar bukan preman, kawan
Badan kerar bukan bodyguard, sobat

Orang bilang temperamental
Tapi itu bukan pribadi buruk, kawan
Aku bangga, tak malu menyatu dengannya
Darahku mengalir adat mereka, kawan
Aku juga sama seperti mereka
Aku juga orang batak, kawan

Puisi keduaku bersama teman cendolers yang lain Ayana Lubis dan Pilo Poly di Koran Batak Pos, Sabtu 5 Mei 2012.
























Inang
Oleh : Ayu Ira Kurnia Boru Marpaung
Langkahmu tak setegar dulu
Satu persatu mulai lepas dari pergelangan, lumpuh
Suaramu tak semerdu dulu
Kini telah terdiam seribu bahasa, bisu
Wajahmu tak semolek dulu
Guratan garis kriput mulai menjajah, tua

Tetesan kristal memecah bedungan
Tertunduk lesu melihat tubuhmu terbaring
Senyuman ikhlas tak pernah pudar dari bibirmu
Inang, kau semangat dalam hidup
Pun kini kau tak bisa apa-apa

Tanjung Balai, 30 April 2012

Dalam Sujud
Oleh : Ayu Ira Kurnia Boru Marpaung
Suara lafaz terdengar sayup
Terhenti bergegas melangkah
Percikan air terdengar seirama

Kubentangkan sajadah sujud
Menadahkan tangan penuh darah dan dosa
Mengharap belas kasih-Mu
Dalam sujud airmata terus menghujam
Tiada henti bak sayatan tangan
Bercucur darah segar

Dalam sujud mengadap-Mu
Kuserahkan ruh bersama-Mu
Menikmati balasan atas tubuh yang bergelumur nista

Tanjung Balai, 30 April 2012

Selamat membaca dan siap untuk diapresiasikan ^_^