Mozaik Asa
Oleh : Hylla Shane Gerhana dan Ayu Ira Kurnia Marpaung
Pertiwi ibarat metamorfosis kupu-kupu
Tak lengkang dari derita dan airmata
Lusuh tertunduk di sudut lorong penantian
Berkecambuk dengan asa segelintir kehidupan
Perlahan menyusut bukan berkembang
Mati di lesehan pemimpin berkuasa
Pertiwi membangkitkan Garuda
Sabang mengawali Nusantara
Merauke mengakhiri Indonesia
Senandung tercipta dalam pedih tersisa
Mentari gantikan malam di tepi bencana
Ketika pohon-pohon bambu
Mengaayunkan tubuh begitu tinggi
Sedang gemuruh angin tak pernah perduli
Pada wajah malam yang sudah pucat pasi
Jeritan terdengar miris menyayat kalbu
Tertawa dalam kegelapan yang membeku
Putih tak lagi terlihat, kelam
Asap kabut mulai menyelimuti pertiwi
Kau meraung janji hingga kami takut
meringkuk dalam dada Garuda
Ajarkan kami menyongsong hari
Genggam nilai-nilai harapan
Demi menyibak kelam pertiwi
Beri kami bambu runcing berlumur racun duri
Supaya kami asah ujungnya dengan hati
Runcingkan bambu yang kugenggam kuat hingga mati
Biar tetap dalam tangan teguh ini
Biar kami hujam dunia keji sepenuh hati
Tebas ilalang pada ladang pertiwi
Tanam benih-benih kasih sang petuah
Jangan biarkan nyawa melayang bak petasan
Bercucur darah dan peluh setiap gerak nadi
Pertiwi bangkitlah dari tidur panjangmu
Kepakkan lagi sayap garuda
Bambu runcing menanti dengan tajamnya
Siap menusuk hati penyeludup Negeri
Pertiwi teduhmu menjelma hujan
Ketika negeriku terlampau kemarau
Ajarkan kami mendengar
Gemerisik suara dunia luar
Dimana pemenang yang paling liar
Rintih kaum proletar yang jadi fakta nanar
Wahai, guru…
Ajarkan kami membaca
Liukan kelam garis nadi kehidupan
Ajarkan pula cara menulis
Yang tintanya adalah kejujuran
Pena yang sanggup merobek dunia
Kristalkan tinta di ujung masa
Demi sebuah perubahan
Esok telah siap menanti
Perjuangan tegakkan kebenaran yang hakiki
Antara HK dan Tanjung Balai
6 Mei 2012
Oleh : Hylla Shane Gerhana dan Ayu Ira Kurnia Marpaung
Pertiwi ibarat metamorfosis kupu-kupu
Tak lengkang dari derita dan airmata
Lusuh tertunduk di sudut lorong penantian
Berkecambuk dengan asa segelintir kehidupan
Perlahan menyusut bukan berkembang
Mati di lesehan pemimpin berkuasa
Pertiwi membangkitkan Garuda
Sabang mengawali Nusantara
Merauke mengakhiri Indonesia
Senandung tercipta dalam pedih tersisa
Mentari gantikan malam di tepi bencana
Ketika pohon-pohon bambu
Mengaayunkan tubuh begitu tinggi
Sedang gemuruh angin tak pernah perduli
Pada wajah malam yang sudah pucat pasi
Jeritan terdengar miris menyayat kalbu
Tertawa dalam kegelapan yang membeku
Putih tak lagi terlihat, kelam
Asap kabut mulai menyelimuti pertiwi
Kau meraung janji hingga kami takut
meringkuk dalam dada Garuda
Ajarkan kami menyongsong hari
Genggam nilai-nilai harapan
Demi menyibak kelam pertiwi
Beri kami bambu runcing berlumur racun duri
Supaya kami asah ujungnya dengan hati
Runcingkan bambu yang kugenggam kuat hingga mati
Biar tetap dalam tangan teguh ini
Biar kami hujam dunia keji sepenuh hati
Tebas ilalang pada ladang pertiwi
Tanam benih-benih kasih sang petuah
Jangan biarkan nyawa melayang bak petasan
Bercucur darah dan peluh setiap gerak nadi
Pertiwi bangkitlah dari tidur panjangmu
Kepakkan lagi sayap garuda
Bambu runcing menanti dengan tajamnya
Siap menusuk hati penyeludup Negeri
Pertiwi teduhmu menjelma hujan
Ketika negeriku terlampau kemarau
Ajarkan kami mendengar
Gemerisik suara dunia luar
Dimana pemenang yang paling liar
Rintih kaum proletar yang jadi fakta nanar
Wahai, guru…
Ajarkan kami membaca
Liukan kelam garis nadi kehidupan
Ajarkan pula cara menulis
Yang tintanya adalah kejujuran
Pena yang sanggup merobek dunia
Kristalkan tinta di ujung masa
Demi sebuah perubahan
Esok telah siap menanti
Perjuangan tegakkan kebenaran yang hakiki
Antara HK dan Tanjung Balai
6 Mei 2012
Jangan lupa tinggalkan kritik dan sarannya ya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar